Saham-saham emiten peritel terutama supermarket, minimarket, dan department store secara mayoritas melemah pada perdagangan sesi II Senin (10/4/2023), meski Hari Raya Idul Fitri 1444H tinggal sekitar 10 hari lagi.
Setidaknya dari delapan saham peritel, enam terpantau melemah, dan dua lainnya menguat.
Berikut pergerakan saham peritel pada perdagangan sesi II hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Matahari Department Store | LPPF | 4.700 | -6,93% |
Matahari Putra Prima | MPPA | 87 | -6,45% |
Mitra Adiperkasa | MAPI | 1.390 | -1,77% |
Midi Utama Indonesia | MIDI | 356 | -1,11% |
Ramayana Lestari Sentosa | RALS | 660 | -0,75% |
Supra Boga Lestari | RANC | 680 | -7,30% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 2.770 | 2,59% |
Hero Supermarket | HERO | 1.580 | 2,60% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 13:39 WIB, saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) memimpin koreksi saham peritel pada sesi II hari ini, yakni ambruk 6,93% ke posisi harga Rp 4.700/saham. Bahkan, saham LPPF sudah menyentuh batas auto reject bawah (ARB).
Selanjutnya di posisi kedua, ada saham pengelola Hypermart yakni PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yang ambles 6,45% ke Rp 87/saham. Saham MPPA juga sudah menyentuh ARB.
Sementara untuk saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) terpantau melesat lebih dari 2% pada sesi II hari ini.
Lesunya emiten peritel tersebut terjadi jelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H atau Lebaran 2023 yang tinggal menghitung hari, sekitar 10 hari lagi.
Padahal seharusnya, Lebaran tahun ini menjadi momentum bagi saham peritel untuk kembali memulihkan kinerjanya, baik dari kinerja saham, maupun kinerja keuangannya.
Hal ini karena kebutuhan untuk masyarakat yang berbelanja baju baru seharusnya menjadi pendorong bagi perusahaan peritel, terutama ritel fesyen. Tetapi nyatanya, momentum Lebaran 2023 belum dapat menggairahkan saham ritel.
Investor sepertinya cenderung wait and see melihat data indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Selasa besok dan penjualan ritel RI terbaru yang akan dirilis pada Rabu mendatang.
Sebelumnya, data IKK Indonesia pada Februari lalu turun menjadi ke angka 122,4, dari sebelumnya berada di angka 123 pada Januari lalu.
Namun diprediksi, IKK periode Maret 2023 akan kembali turun ke angka 113, berdasarkan survei dari Trading Economics. Meski mengalami penurunan, tetapi sejatinya konsumen masih optimis.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mulanya. Jadi, jika angkanya masih berada di atas 100, maka konsumen masih cenderung optimis. Sebaliknya, jika IKK berada di bawah 100, maka konsumen cenderung pesimis.
Sedangkan, penjualan ritel juga terus mengalami penurunan sejak Juli tahun lalu, di mana per Februari 2023, penjualan ritel tercatat minus 0,6%.
Pada periode Maret 2023, penjualan ritel diprediksi kembali turun menjadi -0,8%, berdasarkan survei dari Trading Economics.