Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Senin (10/4/2023) awal pekan ini, di tengah kembalinya investor setelah libur Paskah.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,42% ke posisi 27.633,699 dan KOSPI Korea Selatan melesat 0,87% menjadi 2.512,08.
Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China ditutup melemah 0,37% ke posisi 3.315,36, Straits Times Singapura turun 0,18% ke 3.294,43, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,32% menjadi 6.771,23.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan ASX 200 Australia pada hari ini belum dibuka karena masih libur Paskah.
Pasar masih mencerna data tenaga kerja AS yang mulai menandakan adanya pelandaian.
Data terbaru menunjukkan jika klaim pengangguran justru turun. Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran berkurang 18.000 menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir pada 1 April 2023.
Jumlah tersebut sebenarnya di atas ekspektasi pasar yakni berkisar di 200.000. Salah satu penyebabnya adalah adanya revisi data yang disesuaikan.
Ada revisi ke atas jumlah klaim pengangguran sekitar 48.000 pada pekan sebelumnya menjadi 246.000. AS melakukan penyesuaian perhitungan dari 2018 dan setiap revisi biasanya menghasilkan perhitungan yang lebih tinggi.
Lebih sedikitnya klaim menunjukkan jika data tenaga kerja AS mungkin tidak akan ‘mendingin’ secepat dugaan orang meskipun data sebelumnya justru menunjukkan pemburukan.
Data tenaga kerja yang keluar pada Rabu pekan lalu menunjukkan jika tambahan pekerja baru atau penciptaan lapangan kerja di sektor swasta di AS hanya bertambah 145.000 pada Maret 2023.
Jumlah tersebut turun dari 261.000 pada Februari 2203 serta jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkisar 210.000.
Sementara itu, lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta.
Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.
Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir. Jumlah lapangan kerja baru juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 10,4 juta.
Data-data tersebut menjadi sinyal ada pelemahan ekonomi AS. Artinya, ada peluang bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk melunak.
Ekspektasi pasar kini menunjukkan 40% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan Mei mendatang. Sebanyak 60% atau mayoritas melihat The Fed akan menahan suku bunga.
“Pasar sepertinya sedang memutuskan dan mempertimbangkan mana yang lebih berat dan menentukan, apakah pertumbuhan dan resesi atau kenaikan suku bunga The Fed,” tutur Ross Mayfield, analis Baird in Louisville, dikutip dari Reuters.
Di satu sisi, melandainya pasar tenaga kerja bisa menjadi kabar baik karena menunjukkan inflasi AS sudah melemah. Harapan The Fed melunak pun terbuka.
Namun di sisi ain, melandainya pasar tenaga kerja menunjukkan perlambatan ekonomi tengah berjalan sehingga ancaman resesi mengintai AS.
Hal ini tentu saja tidak baik bagi banyak perusahaan karena bisa menggerus keuntungan.